Selasa, 16 Juli 2013

Kebakaran Selalu Mengancam di Setiap Kelalaian Masyarakat : Foto ini diambil saat kebakaran terjadi di Jl. Raudah Samarinda.

IMK-Samarinda. Kebakaran seperti menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di pemukiman padat penduduk. Kebakaran yang terjadi di Jl. Raudah Kota Samarinda pada gambar diatas merupakan salah satu contohnya, dan pemerintah Kota Samarinda ini telah mengupayakan berbagai upaya untuk meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi.

Minggu, 14 Juli 2013

DPW PATELKI KALTIM : Melindungi Tenaga Analis Kesehatan melalui Jamresti.

DNA-Samarinda. Pesatnya pembangunan suatu daerah salah satunya sangat dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, dan hal ini juga harus disertai dengan perlindungan terhadap SDM yang berkualitas tersebut sebagai Investasi daerah. perlindungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah jaminan terhadap SDM yang berkerja untuk menopang kemajuan pembangunan tersebut, semua pekerjaan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja tentu memiliki resiko termasuk didalamnya bekerja sebagai tenaga kesehatan, salah satunya Tenaga analis Kesehatan.

Mengapa tenaga analis kesehatan dikatakan pekerjaan yang bersiko? Hal ini dikarenakan pekerjaan ini selalu berinteraksi dengan berbagai jenis sumber penyakit infeksius yang terkandung di dalam specimen klinis yang diperiksa oleh tenaga analis kesehatan di Laboratorium. Penularan penyakit infeksius dapat terjadi pada berbagai tindakan yang dikerjakan seperti persiapan pasien, pengambilan specimen klinis, penanganan sampel, cara pengiriman sampel ke laboratorium dan pada tahap analisis serta pembuangan limbah infeksius. Pada umumnya untuk menghindari resiko yang ada tersebut tenaga analis memang telah dibekali dengan Kewaspadaan universal dan Good Laboratory Practice (GLP), namun kemungkinan untuk terinfeksi masih besar. Hal ini dikarenakan keseharian tenaga analis kesehatan yang berinteraksi dengan objek kerja berupa cairan tubuh manusia seperti darah dan juga sperma (darah dan sperma merupakan sarana penularan utama beberapa penyakit mematikan seperti HIV, hepatitis A, B dan C serta penyakit mematikan lainnya yang hingga saat ini belum ada obatnya).

Bila suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan yang menyebabkan tenaga analis kesehatan atau tenaga laboratorium terinfeksi penyakit mematikan, maka diharapkan pemilik laboratorium atau pemerintah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap dampak yang ditimbulkan kepada tenaga analis kesehatan atau keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Yang menjadi pertanyaan adalah “apakah saat ini pemerintah telah memiliki Regulasi yang melindungi tenaga analis kesehatan terhadap resiko tinggi terinfeksi penyakit mematikan?” untuk menjawab hal tersebut, DPW Persatuan Tenaga Laboratorium Kesehatan Indonesia (PATELKI) Provinsi Kalimantan Timur mengadakan kajian melalui kegiatan seminar Ilmiah dengan mengambil tema utama yaitu “Jaminan Resiko Tinggi Tenaga Analis kesehatan Terhadap Infeksi Penyakit Mematikan”.

Kegiatan yang dilaksanakan di Ballroom Swissbelhotel Borneo Samarinda pada hari minggu (30/06/2013) ini diawali dengan orasi ilmiah yang disampaikan oleh mahasiswi DIII Analis Kesehatan STIKES Wiyata Husada Samarinda, Dwi Rusmita Rahayu dengan judul penyakit Nosokomial di Rumah Sakit, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang Penyakit dan Kecelakaan Kerja di Laboratorium pada Analis Kesehatan oleh dr. Edison Harianja, Sp.PK, Materi Prosedur Standar Penangan Akibat Kecelakaan kerja di Laboratorium oleh Pengurus DPP Patelki (DR. Syahrul Aminullah, SKM.,M.Si) dan penyampain Keynote Speech oleh Gubernur kaltim.

Pemerintah provinsi Kaltim terus mendorong dan berkomitmen dalam berbagai upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk tenaga kesehatan analis kesehatan, hal ini dimaksudkan guna mewujudkan Visi Kaltim bangkit 2013 dan meneruskan berbagai pembangunan di tahun-tahun berikutnya, hal ini disampaikan Gubernur Kaltim yang diwakilkan oleh Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah dr. Handi Astuti dalam Keynote Speech nya yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018 Terhadap Jaminan Resiko Tinggi Profesi Analis Kesehatan Dalam Mendukung Kaltim Sehat Khususnya Di Bidang Laboratorium Kesehatan”.

Berbagai permasalahan tentang Jaminan Resiko Tinggi Analis Kesehatan di Kaltim banyak terkuak saat diskusi panel berlangsung seru yang dipandu oleh moderator I Made Kertayasa, SKM. Beberapa panelis yang ikut dalam diskusi tersebut diantaranya Kepala Laboratorium Kesehatan Kaltim (dr. Handi Astuti), Pengurus DPP Patelki (DR. Syahrul Aminullah, SKM.,M.Si), Ketua DPW Patelki Kaltim (M. Moersid, S.Sos), dan Widyaiswara LAN Perwakilan Samarinda (Ir. Ahmad Sirodz, M.P). Turut juga disampaikan beragam pendapat dalam diskusi tersebut oleh perwakilan DPC Patelki dari kabupaten kota di Kaltim dan peserta yang berasal dari berbagai Instansi baik pemerintah maupun swasta serta mahasiswa Analis kesehatan.


Oragnisasi Patelki Pusat maupun daerah saat ini perlu melakukan beberapa hal untuk mensukseskan dan mewujudkan usulan Jaminan Resiko Tinggi Tenaga Analis kesehatan, yaitu : (1) pengkajian mendalam mengenai Jaminan Resiko Tinggi Tenaga Analis Kesehatan melalui penelitian, (2) meningkatkan Advokasi kepada Pemerintah Pusat maupun Daerah, dan (3) Duduk bersama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam ruang lingkup pekerjaan analis kesehatan (membuat suatu persetujuan atau MOU), inilah yang menjadi rekomendasi sebagai hasil diskusi panel yang diselenggarakan oleh DPW Patelki Kaltim.

Minggu, 07 Juli 2013

Just Sharing

hallo selamat pagi...
apa kabar??? semoga hari seninnya penuh dengan semangat ya,,,apalagi untuk saudara-saudaraku umat islam yang lagi mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan. kali ini saya ingin berbagi beberapa gambar menarik hasil jepretan dari Iphone 4s yang sudah sekitar setahun selalu menemani kemana pun kaki ini melangkah. gambar hasil jepretan ini diambil dari beberapa tempat di kota Samarinda, nah berikut foto-fotonya :


1. Foto ini diambil disela-sela saat menantikan pengumuman kelulusan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di POLTEKES KEMENKES RI Provinsi Kaltim (Kamis, 04/07/2013). Seorang bapak yang sedang menemani anaknya ini tak sadar tertangkap kamera dari seberang pagar.


2. Wujud Integritas dan Loyalitas karyawan STIKES Wiyata Husada Samarinda (sebut saja AHN dan KA) dalam menjaring calon Maba (Mahasiswa baru) di POLTEKES KEMENKES RI Provinsi Kaltim. Sosok yang patut menjadi tauladan, ditengah suasana dingin usai guyuran hujan mereka tetap semangat dengan wajah ramah membagikan brosur dan poster tentang SPMB STIKES Wiyata Husada Samarinda kepada calon Maba yang sedang melihat pengumuman.


3. Sulit untuk membedakan wajah dua gadis cilik ini, hanya dapat membedakan lewat warna baju yang dikenakan. foto ini diambil disalah satu pusat perbelanjaan di Kota Samarinda, yang terletak di Jalan Bhayangkara.


4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan program yang saat ini tegah genjar dikampanyekan oleh pemerintah terutama Departemen Kesehatan, namun apa yang anda bayangkan ketika melihat foto yang satu ini?,ha,,,ha,,,tapi wajar mungkin ya karena anak ini masih kecil, tapi apakah sebagai orang tua tidak memperhatikan tingkah alku anak?bahayakan kalo sampe kebawa sampai besar,,,,



Jumat, 05 Juli 2013

Road Map Leadership H.A.Wahab Sjahranie & HM.Kadrie Oening


Foto Prof.DR.Abdul Rahim penyusun buku "Road Map Leadership H.A.Wahab Sjahranie dan HM. Kadrie Oening" yang juga Rektor Universitas Widyagama Mahakam Samarinda, bersama beberapa tokoh dan narasumber lainnya diantaranya DR. Hasym Miradz Akademisi Universitas Widyagama Mahakam Samarinda yang juga mantan Kaban Kesbangpol Kaltim, Drs.H.Said Alwi S Pelaku Sejarah dan mantan anggota DPRD Kaltim 5 periode di masa Orde Lama, Saefudi Riza putra ke enam dari 8 saudara H.A.Wahab Sjahranie Samarinda, dan yang kiri ujung adalah ajudan pribadi H.A.Wahab Sjahranie Drs.H.Encek Sabirin serta didampingi oleh mahasiswa dari universitas Widyagama Mahakam Samarinda saat Talkshow Bedah Buku di TVRI Kaltim.

Seketika studio TVRI Kaltim serasa berada di tahun 67an, saat dimana dua tokoh yang kini familiar bagi kita sebagai nama Jalan dan rumah sakit yaitu H.A. Wahab Sjahranie dan H.M.Kadrie Oening menjadi Gubernur Kaltim periode 1967-1978 dan Walikota Samarinda periode 1967-1980. Penyusun buku Road Map Leadership AWS dan KO berasama para pelaku sejarah mengungkapkan dengan gamblang berbagai karakter dan gaya kepemimpinan dua tokoh ini, dua hal yang paling terlihat menjadi inspirasi adalah bagaimana menjadi pemimpin yang memimpin menggunakan hati dengan memanusiakan manusia dan mengetahui kebutuhan masyarakat sebelum masyarakat menyuarakan. Tentu dua gaya ini merupakan gaya kepemimpinan yang sangat dirundukan oleh masyarkat, tidak hanya masyarakat Kaltim namun juga masyarakat diseluruh Indonesia bahkan di dunia.

Salah satu jasa H.A.Wahab Sjahranie dalampembangunan di Kalimantan Timur adalah memindahkan Rumah Sakit yang didirikan Belanda pada Tahun 1933, yakni Landschaap Hospital di Emma straat ( sekarang jalan Gurami, Samarinda Ilir) ke wilayah bernama Segiri dan kemudian diberi nama Rumah Sakit Segiri yang dimaksudkan untuk memberi pelyanan kesehatan yang lebih baik da Layak kepada masyarakat. Kemudian pada tanggal 22 Februari 1986 nama rumah sakit ini diganti menjadi RSUD AW Sjahranie sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan Abdoel Wahab Sjahranie.

Sementara itu HM. kadrie Oening merupakan salah satu konseptor Stadion Segiri, jalan Kusuma Bangsa. Taman makam pahlawan yang awalnya dibelakang hotel pirus, dipindahkan ke jalan Kusuma Bangsa, sehingga lokasinya dinilai lebih lYK dan tertata rapi. Selain itu, dia juga merancang beberpa jembatan di sungai karang mumus serta membangun Balai kota  yang hingga kini masih dipakai di jalam Kusuma Bangsa.


Rabu, 03 Juli 2013

Balsem penghangat masyarakat miskin dari serangan dinginnya lonjakan BBM

Hari ini rabu  (03/07/2013) penulis berkesempatan untuk memandu sebuah acara dialog di TVRI Kaltim. Program dialognya bernama dialog Kominfo, program ini merupakan salah satu program dialog  dari bidang pemberitaan hasil kerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur. Pada kesempatan tersebut teman-teman dari pemberitaan mencoba mengangkat sebuat tema yaitu mengenai penyaluran BLSM di Kalimantan Timur khususnya di Kota Samarinda, dengan mendatangkan narasumber diantaranya kepala Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kaltim bapak H. Muhammad Djaelani, Kepala Kantor Pos (KKP) Samarinda bapak Kaspul Anwar dan pengamat ekonomi yang sekaligus juga merupakan kalangan akademisi dari Universitas Mulawarman bapak Aji Sofyan Effendi. Penulis mencoba membuka dialog tersebut dengan sebuah prolog mengenai digelontorkanya Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai konpensasi bagi masyarakat miskin akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) per 22 Juni 2013 lalu. Melihat banyaknya dinamika dan gejolak pelaksanaan pendistribusiannya yang terjadi di seluruh penjuru tanah air, bagaimana dengan pendistribusianya di Kaltim?

Berdasrkan informasi yang disampaikan oleh kepala Kantor Pos Samarinda, pendistribusian BLSM saat ini sudah hampir mencapai 70% dari sekitar 15.000 Rumah Tangga Miskin (RTM) yang terdata memperoleh bantuan langsung ini. Kegiatan pendistribusian BLSM yang dilaksanakan oleh KKP kota Samarinda diawali dengan pembagian atau penyerahan kartu penjamin sosial (KPS) ke seluruh masyarakat yg terdata mendapatkannya, penyerahannya langsung dilakukan kerumah-rumah (door to door) hal ini karena aturan pemerintah mengharuskan kartu tersebut harus langsung diterima oleh masyarakat penerima tanpa boleh diwakilkan. Sementara permasalahan yang banyak terjadi didaerah lain di Indonesia saat pembagian BLSM seperti berdesak-desakan tidak terjadi di samarinda, hal ini karena KKP samarinda sudah memetakan daerah-daerah mana saja yang menjadi kantong penerima BLSM.

Sementara itu pemberian BLSM yang besarannya Rp 150.000 per bulan dan diberikan selama empat bulan dengan dua kali pendistribusian dianggap tidak terlu besar atau signifikan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat Kaltim, hal ini disampaikan oleh HM. Djaelani kepala Disperindagkop dan UMKM Kaltim. Masyarakat kaltim saat ini dianggap tingkat perekonomiannya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan mereka penerima BLSM di pulau jawa. Sehingga diungkapkan bahwa pemberian bantuan ini di Kaltim tidak berdampak jelas, namun walaupun demikian gejolak masih tetap terjadi khususnya terkait dengan siapa sebenarnya yang pantas menerima BLSM tersebut. Di Kaltim hal yang paling penting terkait dengan upaya menjaga daya beli masyarakat adalah ketersedian barang dan bersyukurnya saat ini menjelang ramadhan yang disertai peningkatan harga BBM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga. Disperindagkop Kaltim menjamin stok dan harga barang masih tetap terjaga sampai lebaran, jadi masyarakat penerima BLSM tidak perlu khawatir.

Ada hal yang cukup menggelitik ketika mendengarkan masukan yang disampaikan oleh bapak Sumaji salah satu penelpon dalam acara dialog tersebut yang sesekali memelesetkan kepanjangan BLSM sebagai Bantuan langsung sebelum mati atau bantuan langsung sebelum miskin. kritik ditujukan terutama terkait dengan data masyarakat miskin tahun 2011 dari Badan Pusat Statistik yang dijadikan sebagai dasar untuk menentukan penerima BLSM ternyata banyak salah sasaran, banyak masayarakat yang seharusnya tidak menerima tetapi menerima. Seharus data yang digunakan tersebut harus divalidasi terlebih dahulu sehingga dasarnya kuat. Seperti ibu siti contohnya, janda beranak tiga  yang mengaku dengan kondisi perekonomian pas-pasan tidak mendapatkan bantuan ini.

Menanggapi hal ini bapak Aji Sofyan Effendi pengamat ekonomi dari universitas mulawarman yang menyebut BLSM dengan Balsem mengungkapkan bahwa BLSM ini sebenarnya digelontorkan hanya sebagai media adaptif atau upaya untuk membiasakan masyarkat dengan kondisi meningktnya harga BBM. Diungkapkan sebenarnya BLSM yang diberikan selama empat bulan ini tidak akan cukup untuk mengatasi dampak kenaikan BBM, namun pengamat ekonomi yang saat ini tegah menyelesaikan pendidikan program doktoral di Unhas Makassar ini meminta masyarakat untuk senantiasa tetap menghargai niat baik pemerintah, dan pihaknya berharap BLSM ini menjadi program bantuan langsung terakhir dari pemerintah. Artinya adalah ketika BLSM ini di masa mendatang tidak ada menjadi satu indikator bahwa perekonomian masyarakat sudah baik. Dan beberapa hal yang tentunya harus menjadi perhatian pemerintah dengan BLSM adalah perlunya kajian terlebih dahulu mengenai tingkat daya beli masyarakat sehingga dapat menjadi dasar besaran bantuan yang diberikan, selain itu validasi data penerima bantuan juga harus dijamin sehingga tidak ada lagi yang merasa tidak adil. (Imadekertayasa.....)

Selasa, 02 Juli 2013

Tidak ada alasan untuk ragu meninggalkan rokok


Tepat hari ini selasa tanggal 2Juli 2013, tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah berita yang terbit di Kaltimpost halaman 12 dengan headline "Rokok Bikin Penduduk Miskin", saat ini berdasarkan data terbaru yang dimiliki Badan Pusat Statistik (per maret 2013) menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin indonesia mencapai 28,07 juta atau 11,37 % rakyat Indonesia masih berada dibawah garis kemiskinan. Jumlah ini berkurang  520 ribu orang dibanding posisi september 2012 yang mencapai 28,59 juta orang atau 11,66 %. Jika melihat angka memang terjadi penurunan, tapi sangat lambat. Secara lebih detail terdapat 8 provinsi yang angka kemiskinannya naik, yakni Sumatera Barat yang persentase penduduk miskinnya meningkat dari 8% pada september 2012 menjadi 8,14%. Kemudian Sumatera Selatan (dari 13,48% menjadi 14,24%), bengkulu (17,51 menjadi 18,34), Banten (5,71% menjadi 5,74%), Kalimantan Barat (7,96 menjadi 8,24), Sulawesi Utara (7,64 menjadi 7,88), Gorontalo (17,22 menjadi 17,51) dan Papua (30,66 menjadi 31,13). Kondisi meningkatnya jumlah kemiskinan dibeberapa daerah diperkirakan kuat akibat program pengentasan kemiskinan saat ini telah mencapai titik jenuh, selain itu dibeberapa daerah juga terhambat akibat pergantian kepala daerah yang disertai juga dengan pergantian kebijakan sehingga beberapa program yang telah berjalan harus dimulai dari awal kembali.

Apa sebenarnya yang menjadi batasan seseorang dikatakan sebagai penduduk miskin?apakah dilihat dari apakah mereka punya handphone atau tidak? Atau dari kepemilikan kendaraan? Seperti yang beberapa kali masyarakat suarakan saat menyatakan ketidak tepat sasarannya program pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang digelontorkan Pemerintah sebagai konpensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pada periode Maret 2013, garis kemiskinan setara konsumsi Rp 271.626 per kapita (per orang) per bulan, naik dibanding posisi september 2012 sebesar Rp 259.520 per kapita per bulan. Artinya, jika pengeluaran seseorang dalam satu bulan dibawah Rp 271.626 maka orang terebut masuk dalam kategori miskin. Sementara itu gambaran lain kategori miskin yaitu jika satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan dua orang anak konsumsinya di bawah Rp 1.086.504, maka keluarga tersebut juga masuk kategori keluarga miskin. Nah sekarang sudah tau kan perhitungannya, jadi anda juga boleh mencoba menghitung pengeluaran bulanan anda atau pengeluaran keluarga anda, apakah anda masuk dalam kategori miskin atau tidak, tapi indikator besaran perkapita tadi jangan disandingan dengan pengeluaranerbulanan anda untuk sosial media he,,,he,,,

Namun hal yang membuat sangat miris adalah ketika mengetahui komoditas yang berkontribusi besar dalam garis kemiskinan. Pertama yaitu beras sebagai bahan makanan pokok, dan yang mengejutkan yaitu posisi kedua ditempati rokok kretek/filter yang mengalahkan kebutuhan pokok seperti telur, gula, tempe, hingga mie instant. Wah,,,,wah,,,ternyata sudah sebegitu menghawatirkannya peredaran dan kecanduan rokok di masyarakat, semoga data dari BPS ini semakin memantapkan pemerintah untuk semakin yakin mengesahkan undang-undang pengendalian tembakau dalam bentuk produk rokok. Salam sehat kerthayasa,,,,,,